Ahlan Wasahlan

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu
!!!SELAMAT DATANG!!!
"Tuhan Selalu Memberikan yang Terbaik untuk Hamba-Nya."


Sunday, January 6, 2013

Pelayanan Prima Guru dan Partisipasi Belajar Siswa

PENGARUH PELAYANAN PRIMA GURU TERHADAP PARTISIPASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR

Latar Belakang Masalah
Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa, baik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun hasilnya. Hal ini wajar, karena tugas  guru adalah memberikan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh siswa. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan pokok berupa ilmu pengetahuan yang dilakukan melalui proses pembelajaran dan berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Ketika seorang guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, pada dasarnya guru sedang memberikan pelayanan terhadap siswa, pelayanan yang diberikan guru tersebut terencana, sistematis, dan bertujuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru masih menjadi tokoh sentral dalam proses pembelajaran di kelas, guru masih menjadi pusat pembelajaran. Keberlangsungan proses pembelajaran di kelas masih sangat tergantung pada sosok guru. Sebagai sosok sentral, guru menjadi figur yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pada model pembelajaran manapun masih tetap memerlukan kehadiran guru untuk mengkoordinir, memfasilitasi, dan mengarahkan proses pembelajaran.  Sebagai sosok yang sangat penting dalam proses pembelajaran, guru diharuskan menguasai kompetensi keguruan. Dari kompetensi-kompetensi yang disyaratkan, intinya guru harus mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siswa untuk memenuhi kebutuhannya akan pengetahuan. Siswa berhak memperoleh bimbingan dan pelayanan prima dari guru, khususnya layanan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang berfungsi untuk membimbing  siswa di dalam kehidupan, bimbingan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan diri siswa baik jasmani maupun rohani agar sesuai dengan perkembangan karakteristik yang harus dijalankan oleh siswa (Sardiman AM 2001, hlm. 12). Mengembangkan potensi jasmani dan rohani siswa merupakan tugas yang sungguh berat dan sangat mulia bagi guru, apalagi untuk guru-guru di madrasah.
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memberikan porsi lebih untuk Pendidikan Agama Islam, baik secara kelembagaan maupun kurikulumnya. Secara kelembagaan, madrasah jelas berada di bawah binaan Kementerian Agama bagi yang berstatus negeri, sedangkan yang berstatus swasta biasanya didirikan oleh lembaga atau yayasan yang bercorak Islam. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR merupakan salah satu madrasah yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Fakta di madrasah tersebut masih ditemukan ada beberapa guru yang belum mampu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada siswa. Masih ditemui penjelasan guru ketika mengajar di kelas yang membingungkan sehingga tidak dapat dipahami oleh siswa, guru mengajar tanpa memperhatikan tahapan-tahapan mengajar, guru yang acuh terhadap perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, guru yang terkesan pilih kasih dalam memberikan nilai, guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan materi pembelajaran, metode mengajar yang sama untuk semua materi, guru tidak mengaitkan materi dengan realita kehidupan sehari-hari siswa, guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang ekonomis, guru tidak memberi waktu siswa untuk berkonsultasi dengannya tentang kesulitan-kesulitan belajar, guru hadir di kelas tidak sesuai dengan jadwal, dan masalah-masalah lainnya.
Dampak dari kondisi guru dengan masalah-masalah tersebut adalah materi pembelajaran masih diajarkan dengan menggunakan metode konvensional atau ceramah, yaitu pelajaran dimulai dengan penjelasan guru kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan latihan-latihan mengerjakan soal yang ada di buku. Pada saat penjelasan guru berlangsung, sedikit siswa yang memperhatikan dengan penuh konsentrasi, ada saja tingkah siswa seperti ada yang memperhatikan dengan seksama, diam tanpa arti, coret-coret di buku atau meja, bergurau dengan teman. Ketika diberi kesempatan bertanya, hanya satu dua siswa yang berani bertanya atau bahkan tidak satupun siswa yang berani mengajukan pertanyaan, ketika diajukan pertanyaan kepada siswa, siswapun tidak mampu menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut dengan benar, sehingga guru langsung saja menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut. Sebagai akhir dari kegiatan belajar mengajar, siswa diberi soal-soal latihan untuk dikerjakan. Hasilnya, setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, masih banyak siswa yang belum menyelesaikan soal-soal tersebut tepat waktu. Bahkan banyak siswa yang tidak berani menemui guru di luar kelas. Akhirnya, mayoritas siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Pembelajaran dengan kondisi tersebut tidak mungkin akan mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan baik, yaitu guru harus dapat melayani kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan.
Untuk membimbing siswa, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan matang, guru harus mampu memilih metode dan media pembelajaran yang tepat agar usahanya membimbing dapat berhasil dan sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum, sehingga siswa mau berpartisipasi aktif dalam belajar agar mencapai prestasi tinggi yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan di sekolah. Karena untuk membina siswa agar berpartisipasi aktif dalam belajar, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan hal-hal baik  yang diharapkan siswa akan mempunyai sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran, hal yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar, karena hal ini merupakan faktor yang turut menentukan. Bagaimanapun baik bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurna metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang dapat mengganggu proses belajar. Kondisi yang demikian akan menyebabkan siswa tidak memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan atau dengan kata lain siswa memperoleh hasil belajar yang rendah.
Keberadaan berbagai masalah tersebut dapat diidentifikasi bahwa penyebab dari kegagalan proses pembelajaran tersebut berasal dari dua faktor, yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru yang tidak memberikan pelayanan terbaik kepada siswa dan faktor siswa yang tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Temuan kedua faktor penyebab tersebut membuktikan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini masih memerlukan perbaikan untuk mencapai hasil yang terbaik. Upaya pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan budaya kepada para guru agar menerapkan pelayanan terbaik dalam proses pembelajaran. Upaya kedua dapat dilakukan dengan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif selama proses belajar.
Berdasarkan identifikasi tersebut diperoleh temuan bahwa pelayanan prima guru dan partisipasi belajar siswa masih rendah atau tidak memuaskan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.



Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
”Apakah terdapat pengaruh pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR?”
Rumusan masalah di atas dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Apakah guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR telah menerapkan pelayanan prima dalam proses belajar mengajar?
2.      Apakah siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR telah berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar di kelas?
3.      Apakah terdapat pengaruh antara pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR?
Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadi perluasan masalah yang tidak terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1.      Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan sendiri oleh penulis dan dibantu oleh guru lain yang dianggap mampu oleh peneliti.
2.      Pelayanan prima yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima oleh guru di sekolah. Prinsip-prinsip tersebut adalah kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi,  keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan, dan kenyamanan.
3.      Partisipasi belajar siswa yang akan diteliti adalah partisipasi siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar di kelas meliputi: terlibat aktif, bertanya, mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui pelayanan prima guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
2.      Mengetahui partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
3.      Mengetahui pengaruh pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk:
1.    Memotivasi guru atau calon guru membangun budaya pelayanan prima di sekolah.
2.    Memberikan masukan kepada guru untuk menerapkan pelayanan prima dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas dan mencapai hasil belajar siswa yang setinggi-tingginya.
3.    Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar, karena aktivitas dan kreativitasnya dihargai berdasarkan kriteria penilaian yang telah disepakati bersama guru.
4.    Memberikan dasar bagi peneliti berikutnya untuk mengkaji dan mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan prima guru dan partisipasi belajar siswa.


Tinjauan Pustaka
Sepengetahuan penulis di Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang dan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja belum ada peneliti yang mengkaji tentang penerapan pelayanan prima dalam proses pembelajaran. Selama ini pelayanan prima lebih banyak digalakkan di bidang bisnis dan perkantoran. Padahal, apabila pelayanan prima sudah menjadi budaya bagi para guru dalam proses pembelajaran di sekolah akan membawa dampak yang sangat baik.  Hal ini karena setiap siswa sudah pasti mengharapkan memperoleh pelayanan yang terbaik dari guru, yaitu berupa sikap sopan santun, perhatian, dan pelayanan yang tepat terhadap kebutuhan belajar siswa.
Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan pelayanan prima dan partisipasi belajar yang berhasil ditemukan sebagai berikut:
1.      Supardi (2008), PTK: Implementasi Metode Tutor Sebaya dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII-2 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun Pelajaran 2007/2008. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas VIII-2 SMP Negeri 101 Jakarta tahun pelajaran 2007/2008. Tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran tergolong tinggi, dan penerapan metode tutor sebaya berhasil meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika.
2.      Azizuddin (2009), PTK: Peningkatan Partisipasi Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Everyone is Teacher Here Siswa Kelas VIIIB SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2008-2009. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah strategi pembelajaran Everyone is Teacher Here sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPS dan dapat meningkatkan partisipasi siswa.
3.      Rois Soleh (2009), Skripsi: Penerapan Active Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak untuk Meningkatkan Prestasi Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan penelitian tersebut adalah ada perbedaan prestasi siswa antara kelompok yang diajar menggunakan metode active learning dengan kelompok yang diajar menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran Akidah Akhlak.
4.      Aena Susanti (2010), Skripsi: Pengaruh Kedisiplinan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa dalam kegiatan belajar mengajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Tinggi rendah kedisiplinan siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar mempengaruhi tinggi rendah prestasi belajarnya. Semakin tinggi disiplin siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar, maka prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islamnya akan cenderung semakin naik atau tinggi pula.
5.      Nurul Mutholiah (2010), Skripsi: Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima dan Hubungannya dengan Pretasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Buay Pemuka Peliung OKU TIMUR. Kesimpulan penelitian tersebut adalah prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki korelasi yang signifikan dengan penerapan prinsip pelayanan prima oleh guru.
Penelitian ini mengkaji tentang pelayanan prima yang dihubungkan dengan prestasi belajar. Padahal ada hal yang lebih penting sebelum sampai pembahasan prestasi belajar, yaitu peran serta aktif siswa dalam belajar. Keberhasilan pendidikan tidak terletak pada hasil ujian yang tinggi, tetapi terletak pada proses pembelajarannya.
6.      Ernawati (2011), Skripsi: Perpaduan Kurikulum Kementerian Agama dengan Kurikulum Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa materi-materi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR merupakan perpaduan antara kurikulum kementerian agama dengan kurikulum pesantren yang dalam pelaksanaanya kurikulum pesantren mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh kementerian agama dan mengikuti urutan-urutan pembahasannya. Meskipun demikian, dalam penyampaian materinya diperdalam lagi dengan buku-buku pesantren dan sumber-sumber lain yang menunjang disesuaikan dengan masing-masing materi, sedangkan metode yang dikembangkan di MTs Nurul Huda Sukaraja tidak terlepas dari petunjuk strategis yang ada pada kurikulum kementerian agama tersebut, kemudian didukung juga oleh metode-metode dari pesantren seperti hapalan, pemberian contoh dan pembiasaan.
7.      Mukhamad Fathoni (2011), Penelitian: Eksistensi Shalat Lima Waktu dalam Realita Kehidupan Sehari-Hari Siswa MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh positif pelaksanaan shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs Nurul Huda Sukaraja. Pengaruh tersebut antara lain : mencegah kebiasaan buruk (50%), melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam shalat lima waktu (37,93%), memohon pertolongan hanya kepada Allah (87,93%), mematuhi peraturan (50%), menghormati guru (74,14%), rendah hati terhadap guru, mentaati peraturan madrasah (87,93%), dan menyesali kesalahan (12,07%).
8.      Mukhamad Fathoni (2012), PTK: Penggunaan Metode Tutor Sebaya Lima-Lima untuk Meningkatkan Hasil Belajs Kompetensi Dasar Layanan Informasi Internet Siswa Kelas IX-1 MTs Nurul Huda Sukaraja. Kesimpulan penelitian tersebut adalah siswa kelas IX-1 MTs Nurul Huda Sukaraja merasa senang diajar menggunakan metode tutor sebaya lima-lima, sehingga belajar kompetensi dasar layanan informasi internet meningkat.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terdapat ruang yang jelas terhadap rencana penelitian dengan judul Pengaruh Pelayanan Prima Guru terhadap Partisipasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR, karena tidak dijumpai dari beberapa hasil penelitian di atas, baik secara substansi maupun lokasi.

Kerangka Teori
Teori belajar konstruktivis lebih menekankan pada proses belajarnya daripada hasil belajar. Menurut pandangan konstruktivistik, dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa yang terlibat secara langsung dan aktif dalam proses membina pengetahuannya akan mengingat semua konsep secara lebih lama. Peran guru dalam pandangan ini adalah menjadi fasilitator dan motivator untuk menumbuhkan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Setiap guru pasti setuju akan arti penting motivasi yang besar untuk belajar. Siswa, kecuali yang memang secara alami sudah senang belajar, perlu diberi rangsangan secara teknis dan cara pengajaran yang tepat agar senang belajar. Hanya dengan cara yang demikian dapat menghilangkan masalah dalam belajar seperti kegelisahan dalam belajar, yang merupakan masalah umum setiap proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, secara terus-menerus dan bertahap guru harus selalu berusaha mencari jalan dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajarnya. Dalam berinteraksi antara siswa dengan guru, diharapkan guru dapat menjalankan peranannya sebagai fasilitator dan motivator. Dalam berinteraksi antara siswa dengan guru biasanya banyak timbul masalah atau kurang terarah, hal ini dikarenakan guru kurang tepat dalam menjalankan perannya. Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis diarahkan terhadap perubahan tingkah laku siswa yang tercermin dalam pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Proses belajar mengajar akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif. Salah satu ciri kebermaknaan dalam proses belajar mengajar adalah keberadaan keterlibatan atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu siswa harus berperan serta, ikut serta, terlibat, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan. Peran aktif atau partisipasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang masih kurang menunjukan bahwa proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas walaupun sebenarnya telah melibatkan siswa, misalnya siswa mendengar guru menerangkan, membaca dan mencatat pelajaran yang diberikan, tetapi sebagian besar siswa akan terlibat jarang mengajukan pertanyaan atau mengutarakan pendapatnya walaupun guru telah berulang kali meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, banyak siswa akan terlihat malas, tidak percaya diri mengerjakan soal-soal latihan dan baru akan mengerjakan setelah soal selesai dikerjakan oleh guru atau siswa lain yang berperan aktif. Materi pelajaran tidak akan segera dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, masih perlu lagi partisipasi siswa dalam kegiatan lain seperti bertanya, mengerjakan latihan, mengerjakan pekerjaan rumah, maju ke depan kelas, mengadakan diskusi, mengeluarkan ide atau gagasan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka guru harus terus berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siswa, atau dengan istilah pelayanan prima.
Pelayanan prima dalam dunia pendidikan sangat diperlukan karena orang tua dan masyarakat selalu menginginkan agar anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik dan mendapatkan pelayanan prima. Oleh karena itu, guru haruslah responsif dalam menyikapi kemauan orang tua dan masyarakat tanpa mengorbankan efisiensi dan efektivitas penyelenggaran proses belajar mengajar di sekolah. Hal yang harus dilakukan oleh guru untuk melayani dengan prima adalah kemauan merubah paradigma birokrasi yang lebih sibuk dengan urusan internal, menjadi berorientasi pada pelanggan sekolah. Dari yang semula guru lebih banyak melayani kebutuhan birokrasi yang lebih tinggi dan bahkan mungkin guru sendiri minta dilayani masyarakat, maka diubah agar guru lebih responsif dalam memberikan pelayanan yang bersifat memenuhi kebutuhan pelanggan atau masyarakat yang memerlukan. Guru diharapkan memposisikan pelanggannya sebagai hal yang paling depan. Oleh sebab itu, pelanggan dipakai sebagai sasaran pencapaian tujuan. Guru selalu mendengar suara pelanggan, memperhatikan kebutuhan dasar dan keinginan pelanggan, dan memperhatikan hal-hak pelanggan.
Salah satu aspek peran guru adalah sebagai pelayan bagi para siswanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan siswa dalam belajar. Siswa dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya masih tetap membutuhkan kehadiran guru untuk membimbing dan memfasilitasi kegiatan belajarnya. Kehadiran guru dalam kegiatan pembelajaran tetap dibutuhkan. Kamaruddin Haji Husin sebagaimana dikutip oleh Suparlan (2006, hlm. 38) memaparkan:
Tugas pokok guru yang berperan sebagai pelayan sebagai berikut:
1.    Memberikan layanan pembelajaran yang nyaman dan aman sesuai dengan perbedaan individual siswa.
2.    Menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah, seperti ruang belajar, meja-kursi, papan tulis, almari, alat peraga, dan papan pengumuman.
3.    Memberikan layanan sumber belajar.

Peran sebagai pelayan menuntut guru untuk selalu membangun budaya kerja yang difokuskan pada peningkatan pelayanan yang bermutu tinggi kepada siswa. Pelayanan yang dimaksud adalah melayani dengan sepenuh hati mulai dari memperhatikan, mengamati, mendengarkan, dan memfasilitasi siswa untuk belajar. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi guru, karena semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Demikian pula guru harus memberikan pelayanan prima kepada siswa. Terlebih lagi pelayanan di bidang pendidikan merupakan termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
Dari waktu ke waktu, para guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dalam rangka mencapai pembelajaran yang ideal. Sejalan dengan itu, tentu saja kebutuhan dan keinginan para siswa terus berubah semakin meningkat, sehingga strategi dalam melayani belajar siswa harus terus dikembangkan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Program pelayanan prima kepada siswa dengan berdasar dari konsep kepedulian kepada siswa harus terus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga program pelayanan prima akan menjadi salah satu program unggulan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pelayanan prima bertujuan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat yang dalam konteks pendidikan pelanggan atau masyarakat ini adalah siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar. Guru harus memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Apabila guru memberikan pelayanan yang sama kepada siswa yang berbeda, maka tingkat kepuasan yang dirasakan masing-masing siswa akan berbeda. Dalam hal ini tentu saja pernyataan siswa akan sangat beragam, tergantung pada citarasa siswa yang bersangkutan.
Sebagai pihak yang melayani, guru tidak akan mengetahui apakah siswa yang dilayani puas atau tidak karena yang dapat merasakan kepuasan dari suatu layanan hanyalah siswa yang bersangkutan. Tingkat kepuasan yang diperoleh siswa biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas pembelajaran yang mereka nikmati serta layanan lain yang berupa layanan pra pembelajaran, saat pembelajaran, dan purna pembelajaran, sebagaimana pendapat Sutrisno (2007, hlm. 41), ”Setiap pelayanan yang kita berikan kepada pelanggan berdasarkan informasi yang diterima (dikumpulkan pada fase sebelumnya) tentu membutuhkan tanggapan, respon, atau umpan balik. Tujuan hal tersebut adalah untuk membuktikan kebenaran hasil penelitian dan meningkatkan lagi pelayanan.
Pelayanan pelanggan sekolah harus menjadi budaya bagi guru yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui pemberian pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan mencapai kepuasan secara optimal. Untuk dapat menjalankan fungsi yang memuaskan pelanggan, tidak lepas dari kreativitas gurunya. Guru harus kreatif mengidentifikasi masalah-masalah yang sedang maupun yang akan dihadapi dalam praktik pemberian pelayanan sehari-hari. Hal ini sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan upaya mengantisipasi masalah yang mungkin akan dihadapi pada masa yang akan datang.
Untuk mewujudkan dan mempertahankan kepuasan pelanggan sekolah, dapat dilakukan empat hal sebagaimana pendapat Ramalia (2001), yaitu: mengidentifikasi kembali siapa pelanggan sekolah tersebut, memahami tingkat harapan pelanggan sekolah terhadap kualitas kualitas pelayanan, memahami strategi kualitas layanan pelanggan yang terwujud dalam standar pelayanan prima, memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari kepuasan pelanggan.
Agar pelayanan guru dapat memuaskan pelanggan, maka sejumlah perilaku pelayanan haruslah diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan oleh guru dalam memberikan layanan belajar kepada siswa. Perilaku pelayanan tersebut harus memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan prima, yaitu: kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan, dan kenyamanan (Kepmenpan No. 63 Tahun 2003).
Prinsip-prinsip di atas sangat diperlukan dan harus diterapkan oleh setiap guru agar mengetahui cara memberikan pelayanan yang terbaik kepada para siswanya. Kesuksesan dalam memperkenalkan inisiatif pelayanan dengan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan tersebut memerlukan komitmen dari semua komponen yang memberikan pelayanan di sekolah kepada siswa dan masyarakat. Harus disadari oleh guru bahwa pembelajaran yang berkualitas dapat tercapai karena guru memberikan pelayanan dengan baik, sehingga siswa merasakan bahwa gurunya adalah orang yang bisa mendampinginya dalam memahami ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Guru dan siswa saling membutuhkan, guru memerlukan siswa dan siswa memerlukan guru.
Pelayanan prima harus diterapkan agar lalu lintas pembelajaran bisa berjalan dengan lancar, teratur, dan terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pembelajaran, pembelajaran yang tidak lancar, serta kemungkinan-kemungkinan lainnya, seperti fasilitas belajar, ketidaksesuaian penerapan metode, ketidakpahaman terhadap materi, keterasingan seorang siswa dalam suatu kelas, dan lain-lainnya, maka seorang guru harus mengerti, memahami, dan menghayati berbagai prinsip pelayanan prima sekaligus mengaplikasikannya pada waktu melaksanakan tugas mengajarnya.
Pelayanan prima akan bermanfaat sebagai acuan atau pedoman bagi guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan. Dengan berpedoman pada prinsip pelayanan prima tersebut diharapkan pelayanan-pelayanan yang diberikan dalam dunia pendidikan akan mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana pendapat Sutopo (2003, hlm. 16),
Pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau stakeholder dalam kegiatan pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan mesti dilakukan.

Hal penting yang harus dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan, khususnya guru bahwa keberhasilan pendidikan terletak pada proses belajar mengajarnya bukan sekedar pencapaian nilai ujian nasional tertinggi. Segala aktivitas kegiatan belajar mengajar seharusnya bermuara pada interaksi siswa dengan gurunya berjalan harmonis. Oleh karena itu guru harus bersedia melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang. Rencana pembelajaran tersebut mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Persoalannya adalah tidak semua guru menyadari dan menghayati bahwa proses belajar mengajar sebagai proses yang sangat penting bagi siswa. Sikap guru yang mengabaikan hal ini akan membuat siswa tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran dan dapat juga merusak citra sekolah karena muncul istilah guru tidak profesional.
Mulyasa (2009, hlm. 105) menyebutkan,
Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan gairah belajar yang tinggi, napsu belajar yang besar, dan tumbuhnya rasa percaya diri.

Keberhasilan peserta didik bukan hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi juga dilihat dari segi prosesnya. Keterlibatan siswa secara fisik dan mental dalam proses pembelajaran menjadi salah satu indikator keberhasilan pencapaian kompetensi siswa. Karena pembelajaran yang dilaksanakan harus mencakup tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Trianto (2007) mengatakan bahwa guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya.
Proses pembelajaran memerlukan peran aktif dari para siswa sebagai subyek  belajar, dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung efektif dan bermakna. Partisipasi belajar siswa memerlukan unsur keterlibatan dan kemauan merespon dari siswa. Siswa harus terlibat dalam semua kegiatan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran. Setelah itu, siswa harus mempunyai kemauan untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran. Partisipasi belajar siswa sangat dibutuhkan untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Tidak akan ada proses pembelajaran yang menyenangkan jika tidak ada partisipasi dan keaktifan dari siswa yang belajar.
B. Uno (2007) mengatakan bahwa berdasarkan prinsip student centered peserta didik merupakan pusat dari kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif, terjemahan dari student active training, yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran harus dirangsung agar aktivitas dan kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau pendapat dalam proses pembelajaran semakin bermakna. Guru harus bersifat partisipatoris agar mampu membawa siswa dalam situasi belajar yang kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Abimanyu (dalam Sukidin 2002, hlm. 153) menyebutkan bahwa ada tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri; (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain; (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.
Ketiga faktor penyebab tersebut terjadi karena guru masih menggunakan pendekatan yang menekankan pada aspek pengetahuan saja, belum menyentuh pada aspek sikap dan keterampilan. Di samping itu, guru kurang atau bahkan tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya.
Berangkat dari konsep bahwa siswa harus berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator, maka dilakukanlah penelitian tentang hubungan pelayanan prima guru dengan partisipasi belajar siswa. Berdasarkan teori belajar konstruktivis maka disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
Hasil belajar diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupannya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif. Diperlukan peran guru yang interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru harus merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih mudah mengingat suatu materi apabila terlibat langsung dan berpartisipasi dalam proses pembelajarannya.
Penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima dalam proses belajar mengajar akan memberikan situasi belajar yang lebih leluasa bagi siswa untuk berpartisipasi, berkreasi dan berkreativitas, lebih percaya diri dan menimbulkan keberanian pada siswa karena transfer pengetahuan didapat dari usahanya sendiri untuk berpartisipasi aktif. Situasi seperti itu akan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima guru akan meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Skema kerangka teori dan kerangka berpikir sebagai berikut:

 Gambar 1, Skema kerangka teori dan kerangka berpikir

 Definisi Operasional
Pelayanan Prima Guru
Pelayanan prima guru dalam penelitian ini adalah kegiatan guru melaksanakan tugasnya di sekolah dengan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima, yaitu: kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi,  keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan, dan kenyamanan.
Partisipasi Belajar Siswa
Partisipasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa mengikuti proses pembelajaran secara aktif di kelas, antara lain: terlibat aktif, berani bertanya, berani mengungkapkan pendapat, berani menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Data tentang partisipasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan angket yang disusun khusus untuk tujuan penelitian ini.

Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Berdasarkan tempat pelaksanaannya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Menurut Hasan (2009, hlm. 5), ”Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau para responden”. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil langsung dari lapangan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang disusun secara khusus untuk tujuan penelitian ini. Kemudian data yang terkumpul tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluatif, yaitu penelitian untuk membantu pihak madrasah melakukan evaluasi terhadap kinerja guru dan proses belajar mengajar yang selama ini berlangsung di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR.
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data ordinal dan data interval. Data ordinal merupakan data yang diperoleh dari skor jawaban angket. Kemudian data tersebut diubah menjadi data interval, dengan cara menjumlah skor jawaban item setiap responden. Pedoman skoring jawaban angket sebagai berikut:
Tabel 1
Pedoman Skoring Jawaban Angket
Variabel Pelayanan Prima Guru dan Partisipasi Belajar Siswa

Pilihan Jawaban
Skor Jawaban
Positif
Negatif
Selalu
5
1
Sering
4
2
Kadang-kadang
3
3
Jarang
2
4
Tidak pernah
1
5
(Putro Widoyoko 2012, hlm. 126)


Sumber Data
1.      Sumber data primer, sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. Data yang diperoleh dari siswa adalah data tentang pelayanan prima guru dan partisipasi belajar siswa.
2.      Sumber data sekunder, sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah K. H. Affandi selaku pendiri MTs Nurul Huda Sukaraja untuk memperoleh data tentang sejarah berdiri madrasah, Bpk. Sugiyanto, S.Ag. selaku kepala madrasah untuk memperoleh tentang data perkembangan madrasah. Sumber data sekunder yang kedua adalah dokumentasi madrasah meliputi: letak geografis, keadaan guru dan pegawai, keadaan siswa, dan kurikulum.


Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ada dua, yaitu pelayanan prima guru sebagai variabel bebas  (varibael pengaruh atau lebih sering disebut sebagai variabel X) dan partisipasi belajar siswa sebagai variabel terikat (variabel terpengaruh lebih sering disebut sebagai variabel Y).
Variabel Bebas
(Variabel X)
Hubungan
Variabel Terikat
(Variabel Y)

Pelayanan prima guru, dengan indikator: guru menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima dalam pembelajaran di sekolah.


Partisipasi belajar siswa, dengan indikator: siswa terlibat aktif, berani bertanya, berani mengungkapkan pendapat, berani menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

Gambar 2, Variabel penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR yang berjumlah 463 siswa.
Tabel 2
Keadaan Siswa MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR
Tahun Pelajaran 2012/2013
No
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1.       
VII-1
16
22
38
2.       
VII-2
18
20
38
3.       
VII-3
18
20
38
4.       
VII-4
16
22
38
5.       
VII-5
17
19
36
6.       
VIII-1
12
21
33
7.       
VIII-2
14
20
34
8.       
VIII-3
16
18
34
9.       
VIII-4
18
16
34
10.   
VIII-5
14
20
34
11.   
IX-1
16
18
34
12.   
IX-2
20
18
38
13.   
IX-3
18
16
34
Jumlah
213
250
463
Sumber: Laporan Bulanan MTs Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR Bulan September 2012

Dari jumlah populasi tersebut tidak akan diteliti secara keseluruhan karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua siswa atau benda akan diteliti melainkan cukup menggunakan sampel yang mewakilinya.
Dalam menentukan sampel tidak boleh dilakukan secara serampangan, namun harus dapat mewakili seluruh populasi. Oleh karena itu dalam menentukan sampel perlu teknik yang tepat. Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah teknik Random Sampling, yaitu "Cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut." (Riduwan 2004, hlm. 58)
Cara pengambilan sampel secara undian seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun langkah-langkahnya:
a.    Membuat daftar yang berisi semua nama siswa,
b.    Memberi kode berupa angka-angka  untuk semua siswa,
c.    Menulis kode tersebut masing-masing pada selembar kertas kecil,
d.   Menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut,
e.    Memasukkan gulungan-gulungan tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis,
f.     Mengocok kaleng tersebut, dan
g.    Mengambil satu per satu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
Sampel untuk tujuan penelitian ini ditetapkan 25% dari populasi, yaitu sebesar 25% x 463 = 115,75 (dibulatkan menjadi 116 siswa).

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data tentang pelayanan prima guru dan partisipasi belajar siswa. Angket yang dibuat adalah angket tertutup dengan 5 pilihan jawaban (A=Selalu, B=Sering, C=Kadang-kadang, D=Jarang, dan E=Tidak pernah), sehingga responden tinggal memilih pilihan jawaban yang dianggapnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Angket disusun berdasarkan landasan teori dan didahului dengan menyusun kisi-kisinya. Kemudian baru dibuat item-item pertanyaan angketnya. Sebelum angket digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba dan dihitung validtias dan reliabilitasnya.  Setelah angket dinyatakan valid dan reliabel, kemudian disebarkan ke responden.
2.      Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang letak geografis dan kondisi lingkungan madrasah. Lembar observasi disusun khusus untuk tujuan penelitian ini.
3.      Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdiri madrasah. Pedoman wawancara disusun secara khusus untuk tujuan penelitian ini.
4.      Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang: Visi, misi, dan tujuan madrasah, keadaan guru dan pegawai, keadaan siswa, kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler. Pedoman dokumentasi disusun khusus untuk tujuan penelitian ini.
Uji Instrumen Pengumpulan Data
Uji instrumen pengumpulan data meliputi uji validitas item dan uji reliabilitas angket. Uji validitas item angket menggunakan Teknik Korelasi Poin Biserial (rpbi) dengan rumus:
 
                                        (Sudijono 2010, hlm. 258)
Kriteria pengujiannya adalah apabila rpbi lebih besar dari rtabel, maka butir soal dinyatakan valid, dan bila lebih kecil dinyatakan tidak valid (Sudijono 2010, hlm. 262-263).
Uji reliabilitas angket menggunakan Teknik Test-retest, yaitu mengujicobakan instrumen angket beberapa kali kepada responden yang sama dalam waktu yang berbeda (Sugiyono 2011, hlm. 354). Adapun pengukuran reliabilitasnya menggunakan rumus:
 
Pedoman interpretasinya sebagai berikut:
0,00-0,20         = reliabilitas sangat rendah atau dianggap tidak ada
0,20-0,40         = reliabilitas rendah
0,40-0,60         = reliabilitas sedang atau cukup
0,60-0,80         = reliabilitas tinggi
0,80-1,00         = reliabilitas sangat tinggi
Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas data. Untuk keperluan uji prasyarat ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2), yaitu membandingkan distribusi data yang diperoleh dari lapangan dengan distribusi data normal. Data normal berdistribusi seperti gambar berikut:
Sumber: (Sugiyono 2011, hlm. 78)

Gambar 2, Kurva Distribusi Normal
Uji normalitas menggunakan uji X2 dengan rumus:
                            
    (Sugiyono 2011, hlm. 82)
Kriteria pengujiannya adalah apabila harga Chi Kuadrat Hitung lebih kecil dari pada harga Chi Kuadrat Tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal (Sugiyono 2011, hlm. 82).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik korelasional dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
r xy     =              N (∑XY) – (∑X) (∑Y)                     
           {N ∑X2 – (∑X)2} {N ∑Y2 – (∑Y)2}
Keterangan :
rxy        = Angka indek korelasi Product Moment
N         = Number of cases
∑ XY  = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑ X     = Jumlah skor X
∑ Y     = Jumlah skor Y (Sudijono 2010, hlm. 206)
Setelah angka indeks korelasi diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi dengan kriteria menurut Sudijono (2010, hlm. 193) sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,20  : Korelasi sangat rendah atau dianggap tidak ada
b. 0,20 – 0,40  : Korelasi rendah atau lemah
c. 0,40 – 0,70  : Korelasi sedang atau cukup
d. 0,70 – 0,90  : Korelasi kuat atau tinggi
e. 0,90 – 1,00  : Korelasi sangat kuat atau sangat tinggi

Langkah berikutnya adalah menguji hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan kesamaan atau tidak ada hubungan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji ”Z” dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menentukan formulasi hipotesis, yaitu hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
2.      Menentukan taraf nyata (α) dan Ztabel. Taraf nyata yang digunakan adalah 5%. Ztabel (Z(½ - α/2)) = 1,96.
3.      Menentukan kriteria pengujian, yaitu:
Ho diterima (Ha ditolak) apabila – Zt  Zo ≤ +Zt
Ho ditolak (Ha diterima) apabila Zo > Zt atau –Zo < - Zt
4.      Menentukan nilai uji statistik (Zo) dengan rumus:
5.      Membuat kesimpulan, yaitu Ho diterima atau ditolak. (Hasan 2009, hlm. 97-98)
Kontribusi variabel pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa dihitung menggunakan rumus koefisien penentu:
Koefisien Penentu (KP) = (KK)2 x 100%.
Keterangan: KK = koefisien korelasi (r). (Hasan 2009, hlm. 63)
Setelah semua data diolah dan dihitung, langkah berikutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian sesuai dengan item rumusan masalah. Hasil penelitian dikaji kembali berdasarkan teori-teori yang telah ada supaya menghasilkan pembahasan yang lebih mendalam dan dapat dipahami oleh para penggunanya.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis nihil (Ho) penelitian ini adalah:
Tidak terdapat pengaruh yang siginifikan antara pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. (Ho: r = 0)
Hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini adalah:
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR. (Ha: r ≠ 0)

Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan rencana pembahasan dalam tesis ini akan mengikuti sistematika sebagai berikut:
Bab 1, Pendahuluan meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan dan batasan masalah, Tujuan dan kegunaan penelitian, Tinjauan pustaka, Kerangka teori, Definisi operasional, Metodologi Penelitian (Jenis penelitian, Pendekatan penelitian, Jenis data, Sumber data, Variabel penelitian, Populasi dan sampel, Teknik pengumpulan data, Uji instrumen pengumpulan data, Uji persyaratan analisis, Teknik analisis data, Hipotesis penelitian), dan Sistematika Penulisan.
Bab 2, Landasan Teori meliputi: Pelayanan prima guru (Pengertian pelayanan prima, Tujuan pelayanan prima, Manfaat pelayanan prima, Prosedur pelayanan prima, Prinsip-prinsip pelayanan prima, Standar pelayanan prima, Indikator pelayanan prima, Evaluasi pelayanan prima, Peran guru, Hak dan kewajiban guru), Partisipasi belajar siswa (Pengertian partisipasi belajar, Unsur-unsur partisipasi belajar, Perlunya partisipasi belajar, Upaya peningkatan partisipasi belajar), dan Penerapan pelayanan prima dalam pembelajaran.
Bab 3, Profil Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR meliputi: Sejarah berdiri madrasah, Visi misi dan tujuan madrasah, Letak geografis madrasah, Keadaan guru dan pegawai, Keadaan siswa, Kurikulum madrasah, dan Sarana prasarana madrasah.
Bab 4, Pengaruh Pelayanan Prima Guru terhadap Partisipasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR, meliputi: Uji Persyaratan Analisis, Hasil penelitian, dan Pembahasan Hasil Penelitian (Pelayanan prima guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR, Partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR, Pengaruh pelayanan prima guru terhadap partisipasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja OKU TIMUR).
Bab 5, Simpulan dan Saran meliputi: Simpulan, Implikasi, Saran-Saran, dan Rekomendasi.






















DAFTAR PUSTAKA

B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara, Jakarta.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

E. Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hasan, Iqbal. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara, Jakarta.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Putro Widoyoko, S. Eko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ramalia, M. 2001. Etika Pelayanan Masyarakat (Pelanggan): Upaya Membangun Citra Birokrasi Modern. Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta.

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Alfabeta, Bandung.

Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia, Surabaya.

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Hikayat Publishing, Yogyakarta.

Sutopo, Adi Suryanto. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara (LAN),  Jakarta.

Sutrisno. 2007. Administrasi dan Manajemen. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

No comments: